1. Pendahuluan[kembali]
Op-amp (operational amplifier) merupakan salah satu komponen penting dalam dunia elektronika yang berfungsi untuk memperkuat sinyal, baik dari sensor analog maupun digital. Dalam tugas ini, dirancang sebuah rangkaian aplikasi penguat menggunakan op-amp yang melibatkan dua input sensor, yaitu sensor suhu (analog) dan sensor gas (digital), serta output berupa alarm dan lampu sebagai indikator peringatan.
Sensor suhu berfungsi mendeteksi tingkat panas di sekitar, sedangkan sensor gas mendeteksi keberadaan gas tertentu di udara. Ketika salah satu sensor mendeteksi kondisi berbahaya, seperti suhu tinggi atau kebocoran gas, sinyal dari sensor akan diperkuat oleh op-amp dan digunakan untuk mengaktifkan alarm dan lampu. Hal ini bertujuan agar pengguna bisa segera mengetahui adanya potensi bahaya.
Rangkaian ini sederhana namun bermanfaat, terutama untuk sistem monitoring di ruangan tertutup seperti dapur, kamar, atau laboratorium. Dengan menggunakan op-amp sebagai penguat dan pemroses sinyal, sistem ini mampu merespons kondisi lingkungan secara cepat dan efektif.
2. Tujuan[kembali]
- Merancang rangkaian penguat sinyal berbasis op-amp untuk mendeteksi kondisi lingkungan dari sensor suhu dan sensor gas.
- Menggabungkan input dari sensor analog (suhu) dan digital (gas) dalam satu sistem monitoring sederhana.
- Mengaktifkan komponen output berupa alarm dan lampu sebagai peringatan saat terdeteksi kondisi berbahaya.
- Meningkatkan pemahaman tentang penggunaan op-amp dalam rangkaian praktis dan aplikatif.
- Menerapkan konsep elektronika dasar dalam sistem peringatan dini untuk keselamatan lingkungan.
3. Alat dan Bahan[kembali]
A. Alat
Instrument
1. Voltmeter
Voltmeter adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur besara tegangan atau beda potensial listrik antara dua titik pada suatu rangkaian listrik yang dialiri arus listrik. Pada alat ukur voltmeter ini biasanya ditemukan tulisan voltmeter (V), milivoltmeter (mV), mikrovoltmeter, dan kilovolt (kV). Sekarang ini, voltmeter ditemukan dalam dua jenis yaitu voltmeter analog (jarum penunjuk) dan voltmeter digital. Voltmeter memiliki batas ukur tertentu, yakni nilai tegangan maksimum yang dapat diukur oleh voltmeter tersebut.
Spesifikasi :
- Angka rangkuman masukan biasanya di mulai dari ± 1,000000 V hingga s/d ± 1000, 000 V (Metode pemilihan rangkuman dilakukan dengan cara otomatis dan indikasi beban lebih).
- Ketelitian mutlak tercatat mencapai ± 0,005 persen dari pembacaan yang sudah dilakukan.
- Angka stabilitas untuk jangka pendek sebesar 0,002 persen dari pembacaan (periode 24 jam). Sedangkan untuk jangka panjang sebesar 0,008 persen pembacaan (periode 6 bulan).
- Resolusi untuk 1 bagian dalam 106 yaitu 1 μV bisa dibaca pada rangkuman dari masukan 1 V.
- Karakteristik masukannya yaitu tahanan masukan khas sebesar 10 MΩ dengan kapasitas masukan 40 pF.
- Kalibrasi yang standar (internal) tidak tergantung pada rangkaian ukuran yang mana telah diperoleh dari sumber referensi yang sudah stabil.
- Ada beberapa sinyal keluaran seperti perintah mencetak.
Generator daya
1. Generator dc
Generator DC merupakan sebuah perangkat mesin listrik dinamis yang mengubah energi mekanis menjadi energi listrik. Generator DC menghasilkan arus DC / arus searah.
Spesifikasi:
- Non gearbox
- Speed : 2750 rpm
- Output : DC 12V
- Arus : 35A
- Built-in regulator
- Dimensi body : panjang 11,5 cm x diameter 9,75 cm
- Berat : 2,6 kg
- Kondisi : second berkualitas
2. Baterai
Baterai (Battery) adalah sebuah alat yang dapat mengubah energi kimia yang disimpannya menjadi energi Listrik yang dapat digunakan oleh suatu perangkat Elektronik.
Spesifikasi dan Pinout Baterai
- Input voltage: ac 100~240v / dc 10~30v
- Output voltage: dc 1~35v
- Max. Input current: dc 14a
- Charging current: 0.1~10a
- Discharging current: 0.1~1.0a
- Balance current: 1.5a/cell max
- Max. Discharging power: 15w
- Max. Charging power: ac 100w / dc 250w
- Jenis batre yg didukung: life, lilon, lipo 1~6s, lihv 1-6s, pb 1-12s, nimh, cd 1-16s
- Ukuran: 126x115x49mm
- Berat: 460gr
B. Bahan
1. Resistor
Resistor atau disebut juga dengan Hambatan adalah komponen elektronika pasif yang berfungsi untuk menghambat dan mengatur arus listrik dalam suatu rangkaian elektronika. Satuan nilai Resistor atau Hambatan adalah Ohm.
Spesifikasi dari Resistor adalah resistansinya dan daya listrik yang dapat dihantarkan. Karakteristik lain termasuk koefisien suhu, derau listrik (noise), dan induktansi. Resistor dapat diintegrasikan ke dalam sirkuit hibrida dan papan sirkuit cetak, bahkan sirkuit terpadu.
Spesifikasi
Resistor adalah komponen elektronika pasif yang selalu digunakan dalam setiap rangkaian elektronika karena dia berfungsi sebagai penghambat arus listrik. Bila kita menginginkan arus yang besar maka kita pasang resistor yang nilai resistansinya kecil, mendekati nol atau sama dengan nol atau tidak dipasang sama sekali dengan demikian arus tidak lagi dibatasi. Resistor berfungsi sebagai Penghambat arus listrik, Sebagai tahanan arus listrik agar listrik yang melewati resistor di hambat melalui karbon yang berada di dalam tubuh resistor menjadi di perkecil apabila resistansinya besar, Sebagai tahanan arus listrik agar listrik yang melewati resistor di hambat melalui karbon yang berada di dalam tubuh resistor menjadi di perkecil apabila resistansinya besar.
2. Dioda 1N4002
Spesifikasi :
3. Transistor BC547
Spesifikasi
- Type - NPN
- Collector-Emitter Voltage: 35 V
- Collector-Base Voltage: 35 V
- Emitter-Base Voltage: 5 V
- Collector Current: 2.5 A
- Collector Dissipation - 10 W
- DC Current Gain (hfe) - 100 to 200
- Transition Frequency - 160 MHz
- Operating and Storage Junction Temperature Range -55 to +150 °C
- Package - TO-126
Konfigurasi Transistor:
Konfigurasi Common Base adalah konfigurasi yang kaki Basis-nya di-ground-kan dan digunakan bersama untuk INPUT maupun OUTPUT. Pada Konfigurasi Common Base, sinyal INPUT dimasukan ke Emitor dan sinyal OUTPUT-nya diambil dari Kolektor, sedangkan kaki Basis-nya di-ground-kan. Oleh karena itu, Common Base juga sering disebut dengan istilah “Grounded Base”. Konfigurasi Common Base ini menghasilkan Penguatan Tegangan antara sinyal INPUT dan sinyal OUTPUT namun tidak menghasilkan penguatan pada arus.
Konfigurasi Common Collector (CC) atau Kolektor Bersama memiliki sifat dan fungsi yang berlawan dengan Common Base (Basis Bersama). Kalau pada Common Base menghasilkan penguatan Tegangan tanpa memperkuat Arus, maka Common Collector ini memiliki fungsi yang dapat menghasilkan Penguatan Arus namun tidak menghasilkan penguatan Tegangan. Pada Konfigurasi Common Collector, Input diumpankan ke Basis Transistor sedangkan Outputnya diperoleh dari Emitor Transistor sedangkan Kolektor-nya di-ground-kan dan digunakan bersama untuk INPUT maupun OUTPUT. Konfigurasi Kolektor bersama (Common Collector) ini sering disebut juga dengan Pengikut Emitor (Emitter Follower) karena tegangan sinyal Output pada Emitor hampir sama dengan tegangan Input Basis.
Konfigurasi Common Emitter (CE) atau Emitor Bersama merupakan Konfigurasi Transistor yang paling sering digunakan, terutama pada penguat yang membutuhkan penguatan Tegangan dan Arus secara bersamaan. Hal ini dikarenakan Konfigurasi Transistor dengan Common Emitter ini menghasilkan penguatan Tegangan dan Arus antara sinyal Input dan sinyal Output. Common Emitter adalah konfigurasi Transistor dimana kaki Emitor Transistor di-ground-kan dan dipergunakan bersama untuk INPUT dan OUTPUT. Pada Konfigurasi Common Emitter ini, sinyal INPUT dimasukan ke Basis dan sinyal OUTPUT-nya diperoleh dari kaki Kolektor.
4. Op-Amp LM124
Operational Amplifier atau lebih dikenal dengan istilah Op-Amp adalah salah satu dari bentuk IC Linear yang berfungsi sebagai Penguat Sinyal listrik. Sebuah Op-Amp terdiri dari beberapa Transistor, Dioda, Resistor dan Kapasitor yang terinterkoneksi dan terintegrasi sehingga memungkinkannya untuk menghasilkan Gain (penguatan) yang tinggi pada rentang frekuensi yang luas. Dalam bahasa Indonesia, Op-Amp atau Operational Amplifier sering disebut juga dengan Penguat Operasional.
Konfigurasi LM124
Komponen Input
1. Sensor Gas
Sensor jenis ini adalah alat yang digunakan untuk mendeteksi konsentrasi gas yang mudah terbakar di udara serta asap dan output membaca sebagai tegangan analog. Sensor gas asap MQ-2 dapat langsung diatur sensitifitasnya dengan memutar trimpotnya. Sensor ini biasa digunakan untuk mendeteksi kebocoran gas baik di rumah maupun di industri. Gas yang dapat dideteksi diantaranya : LPG, i-butane, propane, methane , alcohol, Hydrogen, smoke. Sensor ini sangat cocok di gunakan untuk alat emergensi sebagai deteksi gas-gas, seperti deteksi kebocoran gas, deteksi asap untuk pencegahan kebakaran dan lain lain.
Grafik Respon sensor
2. Sensor Suhu (LM 35)
Sensor suhu LM35 adalah sensor analog yang digunakan untuk mengukur suhu dalam satuan derajat Celsius. LM35 menghasilkan tegangan keluaran yang sebanding (linier) dengan suhu yang terukur, yaitu sebesar 10 mV untuk setiap 1°C. Misalnya, jika suhu 30°C, maka output-nya adalah 300 mV.
LM35 memiliki keunggulan seperti akurasi tinggi, tidak memerlukan kalibrasi eksternal, dan konsumsi daya rendah. Sensor ini banyak digunakan dalam proyek elektronik, sistem monitoring suhu, dan alat pengatur suhu otomatis, karena mudah dihubungkan ke mikrokontroler atau rangkaian analog seperti op-amp.
Grafik Respon Sensor
Karakteristik
- Tipe Output: Analog (tegangan)
- Skala Output: 10 mV/°C (contoh: 25°C → 250 mV)
- Rentang Pengukuran:
- LM35: 0°C hingga +100°C
- LM35C atau LM35D: -40°C hingga +110°C (tergantung tipe)
- Tegangan Operasi: 4V hingga 30V DC
- Akurasi: ±0.5°C pada 25°C
- Respon Linier: Perubahan suhu menghasilkan perubahan tegangan secara linier
- Konsumsi Arus: Rendah, sekitar 60 μA
- Kalibrasi: Tidak memerlukan kalibrasi eksternal
- Keluaran Langsung dalam Celsius: Tidak perlu konversi tambahan
- Fisik: Dikemas seperti transistor kecil (TO-92), mudah digunakan pada breadboard atau PCB
Komponen Output
1. LED
Komponen elektronika yang dapat memancarkan cahaya monokromatik ketika diberikan tegangan maju. LED merupakan keluarga Dioda yang terbuat dari bahan semikonduktor. Warna-warna Cahaya yang dipancarkan oleh LED tergantung pada jenis bahan semikonduktor yang dipergunakannya. LED juga dapat memancarkan sinar inframerah yang tidak tampak oleh mata seperti yang sering kita jumpai pada Remote Control TV ataupun Remote Control perangkat elektronik lainnya.
Konfigurasi pin
-Pin 1 : Positive Terminal Of Led
-Pin 2 : Negative Terminal Of Led
Spesifikasi
- Superior Weather Resistance
- 5mm Round Standard Directivity
- Uv Resistant Eproxy
- Forward Current (If): 30ma
- Forward Voltage (Vf): 1.8v To 2.4v
- Reverse Voltage: 5v
- Operating Temperature: -30℃ To +85℃
- Storage Temperature: -40℃ To +100℃
- Luminous Intensity: 20mcd
Tegangan LED menurut warna:
- Infra merah : 1,6 V.
- Merah : 1,8 V – 2,1 V.
- Oranye : 2,2 V.
- Kuning : 2,4 V.
- Hijau : 2,6 V.
- Biru : 3,0 V – 3,5 V.
- Putih : 3,0 – 3,6 V.
- Ultraviolet : 3,5 V.
2. Relay
Relay adalah komponen elektronika berupa sakelar elektronik yang digerakkan oleh arus listrik. Secara prinsip, relay merupakan tuas sakelar dengan lilitan kawat pada batang besi (solenoid) di dekatnya. Ketika solenoid dialiri arus listrik, tuas akan tertarik karena adanya gaya magnet yang terjadi pada solenoid sehingga kontak sakelar akan menutup. Pada saat arus hentikan, gaya magnet akan hilang, tuas akan kembali ke posisi semula dan kontak sakelar kembali terbuka. Relay biasanya digunakan untuk menggerakkan arus / tegangan yang besar (misalnya peralatan listrik 4 A / AC 220 V) dengan memakai arus / tegangan yang kecil (misalnya 0.1 A / 12 Volt DC).
Gambar Bentuk dan Simbol Relay
Gambar bentuk dan Simbol relay
Spesifikasi
Konfigurasi pin
3. Motor DC
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa motor terdiri atas 2 bagian utama yaitu stator dan motor. Pada stator terdapat lilitan (winding) atau magnet permanen, sedangkan rotor adalah bagian yang dialiri dengan sumber arus DC. Arus yang melalui medan magnet inilah yang menyebabkan rotor dapat berputar. Arah gaya elektromagnet yang ditimbulkan akibat medan magnet yang dilalui oleh arus dapat ditentukan dengan menggunakan kaidah tangan kanan.
Konfigurasi pin
Spesifikasi
4. Buzzer
Buzzer adalah sebuah komponen elektronika yang dapat mengubah sinyal listrik menjadi getaran suara. Buzzer ini biasa dipakai pada sistem alarm. Juga bisa digunakan sebagai indikasi suara. Buzzer adalah komponen elektronika yang tergolong tranduser. Sederhananya buzzer mempunyai 2 buah kaki yaitu positif dan negatif. Untuk menggunakannya secara sederhana kita bisa memberi tegangan positif dan negatif 3 - 12V.
4. Dasar Teori[kembali]
Penguat operasional (Operational Amplifier) atau yang biasa disebut dengan op-amp, merupakan penguat elektronika yang banyak digunakan untuk membuat rangkaian detektor, komparator, penguat audio, video, pembangkit sinyal, multivibrator, filter, ADC, DAC, rangkaian penggerak dan berbagai macam rangkaian analog lainnya. Op-amp pada umumnya tersedia dalam bentuk rangkaian terpadu yang memiliki karakteristik mendekati karakteristik penguat operasional ideal tanpa perlu memperhatikan apa yang terdapat di dalamnya.
Ada tiga karakteristik utama op-amp ideal, yaitu;
- Gain sangat besar (AOL >>). Penguatan open loop adalah sangat besar karena feedback-nya tidak ada atau RF = tak terhingga.
- Impedansi input sangat besar (Zi >>). Impedansi input adalah sangat besar sehingga arus inputke rangkaian dalam op-amp sangat kecil sehingga tegangan input sepenuhnya dapat dikuatkan.
- Impedansi output sangat kecil (Zo <<). Impedansi output adalah sangat kecil sehingga tegangan output stabil karena tahanan beban lebih besar yang diparalelkan dengan Zo <<.
Adapun simbol op-amp adalah seperti pada gambar

dimana,
V1 adalah tegangan masukan dari kaki non inverting
V2 adalah tegangan masukan dari kaki inverting
Vo adalah tegangan keluaran
sehingga
Vo = AOL.Ed
= AOL.(V1 - V2)
Adapun tegangan output maksimum yang dapat dihasilkan adalah:
Vo(max) = AOL.Ed(max)
= ± 2
Tegangan output maksimum secara praktis dihasilkan sekitar 2Volt dibawah tegangan sumber ±Vs dan disebut juga sebesar tegangan saturasi ±Vsat .Gambar 65 memperlihatkan kurva karakteristik hubungan Vi terhadapVo untuk rangkaian op-amp dengan tegangan input dihubungkan ke kaki input non inverting (+) dan tegangan 0 Volt (di ground) ke kaki input inverting(-). Sesuai dengan nama input op-amp yaitu apabila input dimasukkan ke kaki non inverting (+) yang artinya tidak membalik maka tegangan output yang dihasilkan adalah sefasa dengan tegangan input. Seperti terlihat pada gambar1 yaitu saat input Vi bertegangan positif maka output yang dihasilkan juga bertegangan positif dan sebaliknya.
Gambar 2. Rangkaian Op-Amp dengan kurva karakteristik I-O
A. Amplifier
Dari kurva Karakteristik I-O tersebut amplifier bekerja pada karakteristik yang membentuk hubungan linear artinya semakin besar Vi maka semakin besar juga VO dan sebaliknya. Operasi amplifier menghindari output dalam kondisisaturasi karena akan membuat cacat keluaran outputnya.
1. Amplifier Inverting
Adapun rangkaian inverting amplifier adalah seperti gambar 113dimana sesuai dengan namanya yaitu dengan input dimasukkan ke kaki inverting (pembalik) sehingga output akan dibalik atau beda fasa sebesar 180 derajat.
Untuk mencari turunan penguatan tegangan ACL maka rangkaian dimisalkan dahulu dengan input dc positif, seperti gambar 114. Dalam analisa rangkaian amplifier disyaratkan op-amp bekerja ideal sehingga tegangan differensial (selisih tegangan di kaki non inverting terhadap tegangan di kaki inverting) Ed= 0, artinya VA (tegangan di titik A) = 0 sehingga arus yang melewati Ri sama dengan arus yang melewati Rf karena arus yang masuk ke kaki inverting sangat kecil karena sifat op-amp dimana impendasi (Zi) inputnya sangat besar. Adapun rangkaian pengganti untuk menghitung arus I adalah seperti gambar 115.
Gambar 3. Rangkaian inverting amplifier
Gambar 4. Rangkaian inverting amplifier dengan input dc
Dari rangkaian gambar 114 dengan Ed = 0 maka VA = 0 sehingga rangkaian dapat disederhanakan menjadi seperti gambar 51 untuk mencari arus I.
Gambar 5. Rangkaian untuk menghitung arus I
Dengan I = Vi/Ri, maka dapat dicari ACL untuk gambar 5, yaitu;
a. Inverting Adder Amplifier
Gambar 6. Rangkaian inverting adder amplifier
Dari gambar 118 dengan memakai hukum Kirchoff dimana arus masuk sama dengan arus keluar I = I1 +I2 +I3 sehingga arus di Rf sama dengan jumlah arus di R1, R2 dan R3. Syarat op-amp ideal adalah Ed = 0 sehingga VA = 0 maka,
Jika input lebih dari 3 maka dapat dipakai persamaan umum sebagai berikut:
Bentuk gelombang tegangan output VO adalah seperti pada gambar 7
Gambar 7. Bentuk gelombang tegangan output Vo dengan input tegangan dc
Rangkaian inverting adder amplifier dengan 3 input bertegangan ac seperti gambar 8 dan hasil simulasi pada gambar 9.
Gambar 8. Rangkaian inverting adder amplifier dengan 3 input bertegangan ac
Gambar 9. Bentung gelombang tegangan output VO dengan input tegangan ac
2. Non Inverting Amplifier
Rangkaian non inverting amplifier (tidak membalik) adalah seperti gambar 122, input dimasukkan ke kaki non inverting sehingga tegangan output yang dihasilkan sefasa dengan tegangan input. Untuk mencari turunan penguatan tegangan ACL maka rangkaian dimisalkan dahulu dengan input dc positif, seperti gambar.
Gambar 10 Rangkaian non inverting amplifier
Gambar 11 Rangkaian non inverting amplifier dengan input dc positif
Dari rangkaian gambar dengan syarat op-amp ideal Ed = 0 maka VA = Vi sehingga rangkaian dapat disederhanakan untuk mencari arus I seperti gambar.
Gambar 12 Rangkaian untuk menghitung arus I
Dengan i = Vi / Ri ,maka dapat dicari ACL rangkaian non inverting amplifier gambar, yaitu;
Adapun hasil simulasi bentuk gelombang I-O seperti gambar dan karakteristik I-O seperti gambar.
Gambar 13 Bentung gelombang tegangan output VO dengan input Vac
Gambar 14 Kurva karakteristik I-O
a. Non Inverting Adder Amplifier
Rangkaian non inverting adder amplifier (pembalik) adalah seperti gambar.

Gambar 15 Rangkaian non inverting adder amplifier
Dari gambar 127 dengan memakai metoda loop tertutup untuk mencari arus loop sehingga bisa dicari tegangan input Vi. Syarat op-amp ideal adalah Ed = 0 sehingga VA = V
jika R1 = R2 = Ri = Rf = R maka VO = V1 + V2
3. Voltage Follower
Rangkaian voltage follower atau buf er dimana ACL = 1, adalah seperti pada gambar. Gambar 16 rangkaian voltage follower
Syarat op-amp ideal adalah Ed = 0 maka VO = Vi sehingga Aol = Vo/Vi = 1
Bentuk gelombang tegangan input dan gelombang tegangan output adalah sama karena ACL = 1 dan sefasa karena Vi diinputkan ke kaki non inverting seperti pada gambar 130 dan kurva karakteristik I-O seperti gambar. Gambar 17 Bentung gelombang tegangan output VO dengan input Vac
Gambar 18 Kurva karakteristik I-Oc
4. Differential Amplifier
Rangkaian Differential Amplifier adalah seperti pada gambar.
Gambar 19 rangkaian Dif erential Amplifier
Rangkaian Differential Amplifier adalah menghasilkan selisih Vo = Vo(non.inv.amp) - Vo(inv.amp)
dari dua input yang satu diinputkan ke kaki inverting dan yang satu lagi diinputkan ke kaki non inverting seperti terlihat pada gambar diatas.
Gambar 20 rangkaian Non inverting Amplifier
Gambar 21 rangkaian inverting Amplifier
Gambar 22 (a) Bentuk gelombang tegangan input V1 dan V2 , (b) bentuk gelombang tegangan VO
a) Prosedur[kembali]
a. Prosedur Percobaan
b) Rangkaian Simulasi dan Prinsip Kerja [kembali]
Prinsip Kerja :
Sensor suhu LM35 pertama, ketika suhu mencapai 31°C, maka Vout dari sensor menghasilkan tegangan sebesar 0,31 V. Tegangan ini masuk ke input non-inverting dari op-amp U2, sedangkan input inverting-nya diatur dengan tegangan referensi menggunakan potensiometer RV1. Karena Vout > Vref, maka output op-amp U2 menjadi tinggi (sekitar 4,3 V) dan diteruskan ke input non-inverting dari op-amp U4 yang berfungsi sebagai buffer. Output dari U4 kemudian diteruskan ke resistor R6 dan masuk ke basis transistor Q2 yang menggunakan konfigurasi emitter stabilized bias. Karena basis transistor mendapat tegangan sekitar 0,83 V, maka transistor aktif, arus mengalir dari power supply ke kolektor Q2, lalu ke emitor, dan ke ground. Karena arus mengalir melalui relay RL2, maka switch relay aktif dan berpindah posisi. Akibatnya, arus dari baterai mengalir ke LED D3 dan menyebabkan LED menyala sebagai indikator bahwa suhu di atas 30°C.
Sementara itu, sensor gas MQ-2 menghasilkan tegangan analog yang masuk ke op-amp U1 dalam konfigurasi non-inverting amplifier. Tegangan input diperkuat menggunakan Rf dan Rin, sehingga output U1 mencapai sekitar 2,83 V. Tegangan ini masuk ke basis transistor Q1 melalui resistor R2 dan R3. Karena basis transistor Q1 aktif (konfigurasi fixed bias), maka arus dari power supply mengalir melalui kolektor ke emitor dan ke ground, melewati relay RL1. Ketika RL1 aktif, saklar relay berpindah, menyebabkan arus dari baterai B1 mengalir ke motor dan lampu.
Komentar
Posting Komentar